Robot identik dengan perabotan yang terbuat dari elektronik, canggih dan mahal. Namun, Tidak demikian bagi sekelompok mahasiswa Jurusan Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
"Latar belakangnya karena kami melihat informasi yang kurang cepat di Indonesia, sehingga robot hidrolik ini masih dianggap asing oleh guru maupun siswa. Padahal Prinsip hidrolik dalam Fisika bisa dimanfaatkan untuk banyak hal, salah satunya robot. Sebagai calon pendidik kami berniat untuk mensosialisasikan alat ini agar lebih banyak lagi orang yang tahu bahwa Fisika itu sederhana dan menyenangkan," ungkap Rezki Agung Rahmansyah ketua tim Fisika WM.
Rezki mengatakan dengan alat ini semoga mampu menjadi alat percontohan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran fisika, sehingga siswa dan guru bisa berkreasi dam mampu menciptakan inovasi baru yang sederhana.
"mata pelajaran Fisika seringkali dianggao sebagai mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok bagi siswa-siswi, padahal fisika itu bisa dipelajari melalui hal sederhana yang ada di sekitar kita. Contohnya, robot hidrolik ini membuat kita paham tentang bagaimana memanfaatkan dan mengaplikasikan tekanan yang tepat untuk melakukan sesuatu seperti menjepit, mengangkat, berputar bahkan memindahkan suatu benda," terangnya.
Menggunakan bahan-bahan bekas seperti gabus sisa alat elektronik keras, stik es krim, lem tembak, alat suntik tanpa jarum, karet gelang serta selang kecil, robot hidrolik handmade ciptaan Tim Fisika WM sanggup berputar, bergerak naik turun, bahkan menjepit dan mengangkat penghapus papan tulis.
“Jika tidak ada gabus elektronik, gunakan saja gabus bekas sandal jepit. Kalau ingin robotnya lebih kokoh, bisa juga menggunakan kayu oven yang biasa dipakai untuk suvenir. Makin sedikit kadar air dalam kayu yang digunakan akan semakin ringan jika digunakan sebagai rangka robot hidrolik. Namun dalam pembuatan robot handmade ini menjadi nilai terpenting dalam memperhitungkan berat rangka robot dibandingkan dengan alat suntik serta volume air yang mengaplikasikan prinsip hidrolik,” urainya.
Selain itu kesulitan yang dialami oleh kelompok tim Fisika WM, Emilia Fandira Nasera Putri anggota tim Fisika WM mengatakan, dalam proses pembuatan alat ini sering mendapatkan kesulitan, Karena mengapdosi hal yang rumit untuk menjadi sesuatu karya yang bermanfaat dan dapat diterima oleh anak SMA dianggap sebagai camilan praktik mingguan.
" Semisal, Rusak dan gagal namun itu sebagai hal biasa dalam proses penelitian. Dan Alasan kami bertahan, karena hanya menggunakan alat yang sederhana tapi kok g bisa. Alat ini juga belum semua sekolah sudah punya dan mengerti bagaimana cara kerjanya, melalui metode pembelajaran praktikum yang kami rancang, siswa bisa sekaligus belajar dan menciptakan alatnya sendiri. Nantinya alat itu bisa dipakai oleh sekolah masing-masing," tuturnya.
Selanjutnya, Djoko Wirjawan, Ph.D., dosen pembimbing, mengatakan telah mengadakan pengabdian kepada masyarakat melalui pembelajaran praktikum di dua SMA kerjasama yang berlokasi di Krian dan Surabaya.
"Awalnya mereka (siswa SMA) pada heran, lama-lama malah mereka tidak sabar ingin robot buatan mereka sendiri segera jadi. Antusiasme itu yang membuat kami merasa sangat dihargai," kenangnya
by: beritajatim.com
0 komentar:
Posting Komentar